aktivitas menyusun gagasan evaluasi adalah di antara tugas mutlak guru saat memproses evaluasi siswa. didalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan didalam permendiknas ri no. 41 th. 2008 perihal standar sistem dijelaskan bahwa di antara komponen didalam penyusunan gagasan proses evaluasi ( rpp ) yakni ada tujuan evaluasi yang didalamnya melukiskan sistem serta hasil belajar yang diinginkan bisa dicapai oleh peserta didik cocok dengan kompetensi dasar. tujuan evaluasi sebaiknya ditempatkan serta jadikan titik tolak berfikir guru saat menyusun sesuatu gagasan evaluasi, yang dapat mewarnai komponen-komponen perencanan yang lain.
b. apa tujuan evaluasi itu ?
tujuan pembelajaransalah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme pada evaluasi bahwa evaluasi seyogyanya mempunyai tujuan. ide pentingnya tujuan didalam evaluasi pertama kali dikemukakan oleh b. f. skinner pada th. 1950. lantas diikuti oleh robert mager pada th. 1962 yang dituangkan didalam bukunya yang berjudul preparing instruction objective. sejak pada th. 1970 sampai saat ini penerapannya makin meluas nyaris di semua instansi pendidikan didunia, terhitung di indonesia.
mengacu pada catatan hamzah b. uno ( 2008 ) di bawah ini dikemukakan sebagian pengertian yang dikemukakan oleh beberapa pakar. robert f. mager ( 1962 ) mengemukakan bahwa tujuan evaluasi yaitu tingkah laku yang akan dicapai atau yang bisa ditangani oleh siswa pada kondisi serta tingkat kompetensi spesifik. kemp ( 1977 ) serta david e. kapel ( 1981 ) mengatakan bahwa tujuan evaluasi satu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan didalam tingkah laku atau tampilan yang diwujudkan didalam wujud catatan untuk melukiskan hasil belajar yang diinginkan. henry ellington ( 1984 ) bahwa tujuan evaluasi yaitu pernyataan yang diinginkan bisa dicapai sebagai hasil belajar. sesaat itu, oemar hamalik ( 2005 ) mengatakan bahwa tujuan evaluasi yaitu satu gambaran tentang perilaku yang diinginkan terwujud oleh siswa sesudah berjalan evaluasi.
walau beberapa pakar berikan rumusan tujuan evaluasi yang bermacam, namun seluruhnya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa : ( 1 ) tujuan evaluasi yaitu tercapainya pergantian tingkah laku atau kompetensi pada siswa sesudah ikuti aktivitas evaluasi ; ( 2 ) tujuan dirumuskan didalam wujud pernyataan atau gambaran yang spesifik. yang menarik untuk digarisbawahi yakni dari pemikiran kemp serta david e. kapel bahwa perumusan tujuan evaluasi mesti diwujudkan didalam wujud tertulis. perihal ini memiliki kandungan implikasi bahwa tiap-tiap rencana evaluasi seyogyanya dibikin dengan tertulis ( written plan ).
usaha merumuskan tujuan evaluasi bisa berikan faedah spesifik, baik untuk guru ataupun siswa. nana syaodih sukmadinata ( 2002 ) mengidentifikasi 4 ( empat ) faedah dari tujuan evaluasi, yakni : ( 1 ) meringankan saat mengkomunikasikan maksud aktivitas belajar mengajar pada siswa, hingga siswa bisa lakukan perbuatan belajarnya dengan lebih mandiri ; ( 2 ) meringankan guru memilih serta menyusun bahan ajar ; ( 3 ) menolong meringankan guru memastikan aktivitas belajar serta media evaluasi ; ( 4 ) meringankan guru mengadakan penilaian.
didalam permendiknas ri no. 41 th. 2007 perihal standar sistem dijelaskan bahwa tujuan evaluasi berikan panduan untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, panduan saat memilih alat-alat bantu pengajaran serta prosedur pengajaran, dan sediakan ukuran ( standar ) untuk mengukur prestasi belajar siswa.
b. bagaimana merumuskan tujuan evaluasi ?
bersamaan dengan pergeseran teori serta cara pandang didalam evaluasi, sekarang ini sudah berlangsung pergeseran didalam perumusan tujuan evaluasi. w. james popham serta eva l. baker ( 2005 ) mengemukakan pada saat lampau guru diharuskan menuliskan tujuan pembelajarannya didalam wujud bahan yang dapat dibicarakan didalam pelajaran, uraikan topik-topik atau konsep-konsep yang dapat dibicarakan sepanjang berjalannya aktivitas evaluasi.
tujuan evaluasi pada saat lantas ini terlihat lebih pada pentingnya penguasaan bahan untuk siswa serta biasanya yang dikembangkan melewati pendekatan evaluasi yang berpusat pada guru ( teacher-centered ). tetapi bersamaan dengan pergeseran teori serta cara pandang didalam evaluasi, tujuan evaluasi yang awal mulanya lebih memusatkan pada penguasaan bahan, setelah itu berubah jadi penguasaan kekuatan siswa atau biasa dikenal dengan sebutan penguasaan kompetensi atau performansi. didalam praktik pendidikan di indonesia, pergeseran tujuan evaluasi ini merasa lebih mengemuka searah dengan timbulnya ide penerapan kurikulum berbasis kompetensi.
setelah itu, w. james popham serta eva l. baker ( 2005 ) menegaskan bahwa seorang guru profesional mesti merumuskan tujuan pembelajarannya didalam wujud tingkah laku siswa yang bisa diukur yakni tunjukkan apa yang bisa dikerjakan oleh siswa tersebut setelah ikuti pelajaran.
bicara perihal tingkah laku siswa sebagai tujuan belajar, sekarang ini beberapa pakar biasanya setuju untuk memakai pemikiran dari bloom ( gulo, 2005 ) sebagai tujuan evaluasi. bloom mengklasifikasikan tingkah laku individu ke didalam tiga ranah atau lokasi, yakni : ( 1 ) lokasi kognitif yakni lokasi yang terkait aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di dakamnya termasuk : pengetahuan ( knowledge ), pemahaman ( comprehension ), penerapan ( application ), penguraian ( analysis ), menggabungkan ( synthesis ), serta penilaian ( evaluation ) ; ( 2 ) lokasi afektif yakni lokasi yang terkait aspek-aspek emosional, seperti perasaan, ketertarikan, sikap, kepatuhan pada moral dan seterusnya, didalamnya termasuk : penerimaan ( receiving/attending ), sambutan ( responding ), penilaian ( valuing ), pengorganisasian ( organization ), serta cii-ciriisasi ( characterization ) ; serta ( 3 ) lokasi psikomotor yakni lokasi yang terkait dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf serta otot ( neuronmuscular system ) serta fungsi psikis. lokasi ini terdiri dari : kesiapan ( set ), peniruan ( imitation, membiasakan ( habitual ), sesuaikan ( adaptation ) serta menciptakan ( origination ). taksonomi ini adalah persyaratan yang bisa dipakai oleh guru untuk mengevaluasi mutu serta efektivitas pembelajarannya.
didalam sesuatu rencana evaluasi tertulis ( written plan/rpp ), untuk merumuskan tujuan evaluasi tidak bisa dikerjakan dengan sembarangan, namun mesti mencukupi sebagian kaidah atau persyaratan spesifik. w. james popham serta eva l. baker ( 2005 ) merekomendasikan dua persyaratan yang perlu dipenuhi saat memilih tujuan evaluasi, yakni : ( 1 ) preferensi nilai guru yakni cara pandang serta kepercayaan guru tentang apa yang mutlak serta semestinya diajarkan pada siswa dan bagaimana cara membelajarkannya ; serta ( 2 ) kajian taksonomi tingkah laku sebagaimana dikemukakan oleh bloom diatas. analisis taksonomi tingkah laku ini, guru akan memastikan serta mengutamakan wujud serta type evaluasi yang dapat dikembangkan, apakah seorang guru akan mengutamakan pada evaluasi kognitif, afektif ataukah psikomotor.
menurut oemar hamalik ( 2005 ) bahwa komponen-komponen yang perlu terdapat didalam tujuan evaluasi, yakni ( 1 ) tingkah laku terminal, ( 2 ) kondisi-kondisi serta ( 3 ) standar ukuran. perihal seirama dikemukakan mager ( hamzah b. uno, 2008 ) bahwa tujuan evaluasi baiknya termasuk tiga komponen utama, yakni : ( 1 ) menyebutkan apa yang semestinya bisa ditangani siswa sepanjang belajar serta kekuatan apa yang perlu dikuasainya pada akhir pelajaran ; ( 2 ) butuh dinyatakan kondisi serta kendala yang ada pada waktu mendemonstrasikan tingkah laku tersebut ; serta ( 3 ) butuh ada panduan yang jelas perihal standar tampilan minimum yang bisa di terima.
sehubungan dengan perumusan tujuan performansi, dick serta carey ( hamzah uno, 2008 ) menyebutkan bahwa tujuan evaluasi terdiri atas : ( 1 ) tujuan mesti menguraikan apa yang akan ditangani atau diperbuat oleh anak didik ; ( 2 ) mengatakan tujuan, berikan kondisi atau situasi sebagai syarat yang ada pada saat anak didik berbuat ; serta ( 3 ) mengatakan persyaratan yang dipakai untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang ditujukan pada tujuan
sudah dikemukakan diatas bahwa tujuan evaluasi mesti dirumuskan dengan jelas. didalam perihal ini hamzah b. uno ( 2008 ) menghimpitkan pentingnya penguasaan guru perihal tata bhs, dikarenakan dari rumusan tujuan evaluasi tersebut bisa tergambarkan rencana serta sistem berfikir guru yang berkaitan saat menuangkan idenya perihal evaluasi.
di bagian lain, hamzah b. uno ( 2008 ) mengemukakan perihal tehnis penyusunan tujuan evaluasi didalam format abcd. a=audience ( petatar, siswa, mahasiswa, murid serta tujuan didik yang lain ), b=behavior ( tingkah laku yang bisa dilihat sebagai hasil belajar ), c=condition ( kriteria yang butuh dipenuhi supaya tingkah laku yang diinginkan bisa terwujud, serta d=degree ( tingkat tampilan yang bisa di terima )
c. simpulan
menurut uraian diatas bisa ditarik simpulan seperti berikut :
seorang guru saat merencanakan evaluasi dituntut agar bisa merumuskan tujuan evaluasi dengan tegas serta jelas.
perumusan tujuan evaluasi bisa berikan faedah spesifik untuk guru ataupun siswa
sekarang ini sudah berlangsung pergeseran saat merumuskan tujuan evaluasi dari penguasaan bahan ke penguasan performansi.
tujuan evaluasi yaitu satu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan didalam tingkah laku atau tampilan yang diwujudkan didalam wujud catatan untuk melukiskan hasil belajar yang diinginkan.
tujuan evaluasi seyogyanya dirumuskan dengan jelas, yang didalamnya termasuk komponen : audience, behavior, condition serta degree
Sumber:
Hamzah B. Uno.2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Omar Hamalik.2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Bumi Aksara
Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses
W. James Popham dan Eva L. Baker.2005. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terj. Amirul Hadi, dkk). Jakarta: Rineka Cipta.
W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo.